Minggu, 26 Maret 2017

MAKALAH “PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN BAHASA DI KELAS TINGGI”



MAKALAH
“PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN BAHASA DI KELAS TINGGI”

Disusun oleh :
1.      Linda kartika sari                
2.      Putri ayu                               

Dosen pengampu :
Heny Friantary, M.Pd


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
PROGRAM STUDY PGMI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BENGKULU
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugerah-Nya kepada Kami semua, sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas ini dalam bentuk makalah dengan sedaya mampu Kami. Kami juga berterima kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Kelas Tinggi, yang telah memberikan Kami inspirasi atau motivasi sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Dalam pembuatan tugas makalah ini, akan membahas sebuah makalah yang berjudul tentang Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bahasa Di Kelas Tinggi
sebagai persyaratan pemenuhan Mata Kuliah Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Kelas Tinggi. Sebagai penulis, Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan makalah ini, untuk itu Kami mengaharapkan  kritik dan saran yang sifatnya membangun dari saudara/saudari, demi mengembangkan dan menyempurnakan isi makalah ini di masa yang akan datang.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, akhir kata saya ucapkan terima kasih.



Bengkulu, 07 Maret 2017      

Penulis                                    



i
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I (PENDAHULUAN)
A.       Latar Belakang............................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C.       Tujuan............................................................................................................. 2
BAB II (PEMBAHASAN)
A.    Prinsip-prinsip pembelajaran bahasa ............................................................... 4
BAB III (PENUTUP)
A.  Kesimpulan...................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 13












ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain.
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil kesastraan Indonesia.
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah dasar dilaksanakan secara integratif (terpadu). Bentuk keterpaduan tersebut dapat dapat dilakukan secara intra bidang atau antar bidang studi. Bentuk keterpaduan ini juga dapat dilakukan melalui pemanduan konsep dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Semua kegiatan ini diintegrasikan oleh tema-tema yang bermakna, yang ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa.
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia secara terpadu sepatutnya dilaksanakan di SD sesuai dengan cara anak memandang dan menghayati dunianya. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ini diharapkan siswa dapat memahami rasional serta konsep-konsep yang terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia secara terpadu.
Maka prinsip-prinsip dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ini diharapkan agar peserta didik dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik lisan maupun tulisan, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, dapat menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan  emosional dan sosial, menikmati dan memanpaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahsa dan menghargai juga membanggakan sastra Indonesia sebagai kazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

B.     Rumusan Masalah
          1. Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran Bahasa di kelas tinggi?

C.    Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip pembelajaran Bahasa di kelas tinggi.


















BAB II
PEMBAHASAN

A.      Prinsip-prinsip pembelajaran bahasa
Tujuan pembelajaran pada dasarnya adalah rumusan kualifikasi kemampuan yang harus dicapai oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Sasaran dari tujuan pembelajaran meliputi bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Secara hirarkis tujuan dapat di urutkan dari mulai yang bersifat umum atau jangka panjang sampai pada tingkat tujuan jangka panjang sampai dengan yang spesifik.
Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari unsur dan tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa dan guru. Semua unsur atau komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi, dan semuanya berfungsi dengan berorientasi kepada tujuan. Pembelajaran bahasa Indonesia yang di tata dan di atur sedemikian rupa dengan di dasarkan pada berbagai aspek yang menyangkut aspek konsep pembelajaran bahasa Indonesia.
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dilaksanakan dengan mengacu pada prinsip pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD. Adapun prinsip pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah:
1.      Prinsip Kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. 
Contextual Teaching and Learning (CTL) disebut pendekatan kontekstual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Sehingga sering mengabaikan pengetahuan awal siswa. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan belajar yang memberdayakan siswa. 
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapainya. Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student centered daripada teacher centered.
Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut:
a.  Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa .
b.  Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama.
c.  Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaitkan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual.
d.  Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan  mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka. Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refeksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya.
Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual:
a.  Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.
b.  Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks
c.  Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri.
d.  Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri.
e.  Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda.
f.  Menggunakan penilaian otentik
g.  Bertanya (Questioning) dalam Pendekatan Kontektual (CTL)
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuh komponen utama untuk pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment). 

2.      Prinsip Integratif
Bahasa adalah suatu sistem. Hal ini senada dengan pendapat Maksan (1994:2) yang mengatakan bahasa adalah suatu sistem. Hal tersebut berarti suatu keseluruhan kegiatan yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan untuk mencapai tujuan berbahasa yaitu berkomunikasi.  Subsistem bahasa adalah fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Keempat system ini tidak dapat berdiri sendiri. Artinya, pada saat kita  menggunakan bahasa, tidak hanya menggunakan salah satu unsur  tersebut
 Berdasarkan kenyataan di atas, maka pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya tidak disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya disajikan secara  terpadu atau terintegratif baik antara unsure fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik ataupun pemaduan antara keterampilan berbahasa Indonesia. Sebagai contoh dalam pembelajaran keterampilan membaca, kita dapat sekaligus memadukan keterampilan menulis, dan keterampilan berbicara. Selain itu, dalam pembelajaran menyimak, kita dapat memadukan keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan membaca atau menulis.

3.      Prinsip Fungsional
Tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan Kurikulum 2004 adalah agar peserta didik dapat menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan baik dan benar. Hal ini sejalan dengan prinsip pembalajaran bahasa yang fungsional, yaitu pembelajaran bahasa harus dikaitkan dengan fungsinya, baik dalam berkumunikasi maupun dalam memenuhi keterampilan untuk hidup (Purnomo, 2020:10-11).
Prinsip fungsional dalam pembelajaran bahasa pada hakikatnya sejalan dengan konsep pembelajaran pendekatan komunikatif. Konsep pendekatan komunikatif mengisyaratkan bahwa guru bukanlah penguasa dalam kelas. Guru bukanlah satu-satunya pemberi informasi dan sumber belajar. Sebaliknya, guru harus sebagai penerina informasi (Hairuddin, 2000:136). Jadi, pembelajaran harus berdasarkan multisumber. Dengan kata lain, sumber belajar terdiri atas peserta didik, guru, dan lingkungan sekolah. Lebih tegas lagi Tarigan (Hairuddin, 2000:36) mengungkapkan bahwa dalam konsep pendekatan komunikatif peran guru adalah sebagai pembelajar  dalam proses pembelajaran disamping sebagai pengorganisasi,, pembimbing, dan peneliti.

4.      Prinsip Apresiatif
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988:46) kata “apresiasi” berarti “penghargaan”. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, istilah apresiatif dimaknai “menyenangkan”. Jadi, prinsip pembelajaran yang apresiatif  berarti pembelajaran yang menyenangkan.  Jika dilihat dari artinya, prinsip apresiatif ini tidak hanya berlaku untuk pembelajaran sastra, tetapi juga untuk pembelajaran aspek yang lain seperti keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Dalam hal ini pembelajaran sastra dapat dipadukan dalam pembelajaran keempat keterampilan berbahasa tersebut.


BAB III
PENUTUP

A.       Simpulan
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dilaksanakan dengan mengacu pada prinsip pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD. Ada beberapa prinsip pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD kelas 5 yaitu, prinsip kontekstual, prinsip integratif, prinsip fungsional dan prinsip apresiatif. Kontekstual bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari, prinsip integratif berarti pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya disajikan secara  terpadu atau terintegratif baik antara unsure fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik ataupun pemaduan antara keterampilan berbahasa Indonesia, fungsional berarti pembelajaran bahasa harus dikaitkan dengan fungsinya, baik dalam berkumunikasi maupun dalam memenuhi keterampilan untuk hidup, dan apresiatif yang berarti pembelajaran yang menyenangkan.



DAFTAR PUSTAKA

Hairuddin, dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Sudjana (2005) Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algesindo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar